Minggu, 27 Juni 2010

KENAPA BUKAN SAYA YANG DIPROMOSI?


"Saya sangat kecewa dengan kebijakan perusahaan ini. Saya sudah bekerja selama 10 tahun, sampai saat ini masih jadi supervisor. Tapi si Budi yang baru kerja 4 tahun disini, sudah dipromosikan jadi Manager. Saya sungguh tidak mengerti, kenapa Management perusahaan begitu tidak adil, begitu buta matanya. Saya merasa tidak dihargai....dan kecewa sekali...!!!"

Keluhan seperti ini sering terdengar dikalangan profesional. Mereka merasa jerih payah mereka tidak dihargai oleh perusahaan. Ada profesional yang bekerja bahkan sudah 10 - 15 tahun, tetapi tidak dipromosikan, sedangkan orang-orang yang relatif baru masuk, sudah diangkat jabatannya. Mengapa bisa seperti ini ?

Ada beberapa penyebab yang membuat orang seperti diatas tidak dipromosi.

1. Paradigma Senioritas vs Paradigma Kontribusi

Banyak orang berpikir bahwa orang akan dipromosi atau tidak, berdasarkan berapa lama atau berapa tahun ia bekerja. Padahal, pola pikir seperti ini sudah tidak berlaku lagi dijaman sekarang. Dunia bisnis semakin kompetitif. Perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang bisa menunjukan prestasi. Perusahaan mencari dan membutuhkan para profesional yang bisa menunjukan prestasi dan memberikan kontribusi diatas rata-rata. Tidak peduli Anda sudah bekerja berapa tahun di perusahaan ini, selama Anda tidak menunjukan prestasi yang maksimal, maka Anda akan dihargai "murah" dan tiket untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi sudah "dicabut"

2. Penguasaan "Ketrampilan Tehnis" vs "Ketrampilan Non-Tehnis"

Seorang Supervisor mengeluh, "Saya merasa diperlakukan tidak adil oleh perusahaan. Masa si Dani yang ketrampilannya begitu-gitu saja, kok malah di promosi. Kalau mau diadu, saya berani taruhan, skill jauh melampaui ketrampilan Dani. Dia kan bocah ingusan yang baru masuk beberapa tahun ini. Sedangkan saya sudah memiliki jam terbang yang melampaui kemampuan dia. Yang buat saya heran, kok.. malah dia yang dipromosi"

Supervisor seperti ini tidak memahami dan tidak menyadari bahwa prestasi seseorang akan dinilai dari dua ketrampilan yang ia miliki, yaitu ketrampilan tehnis dan ketrampilan non tehnis. Ketrampilan tehnis adalah ketrampilan dasar yang berkaitan dengan tugas-tugas utamanya, misalya Supervisor Accounting harus menunjukan ketrampilan accounting, seorang Salesman, harus memiliki selling skill. Sedangkan ketrampilan non-tehnis berkaitan dengan kejujuran, kedisplinan, kepatuhan, kemampuan kerja sama dengan orang lain, ketahanan didalam menghadapi tekanan-tekanan, kemampuan berkomunikasi dengan baik, kemampuan bereaksi secara positif didalam menghadapi berbagai rintangan, dll.

Seorang Direktur pernah berkomentar seperti ini,"Bagaimana saya mau promosikan dia jadi Manager....kalau saya beri dia tugas yang sulit-sulit, dia protes. Kalau saya tekan dia sedikit, besok bisa ngak masuk kerja. Rata-rata 1 bulan keterlambatan masuk kerja dia kurang lebih ada 60 menit. Kalau ide-idenya saya tidak setujui, mukanya langsung berubah jadi manyun dan monyong. Dengan rekan-rekan kerjanya, ia juga dikenal antik, suka emosional kalau kemauannya tidak diikuti".

Jadi aspek ketrampilan non-tehnis bicara tentang ATTITUDE.

Sebelum dipromosi, setiap karyawan akan diuji dua aspek oleh perusahaan, yaitu ketrampilan tehnis dan non-tehnis. Mayoritas orang tidak lulus dalam pengujian aspek non-tehnis. Dan biasanya pengujian tersebut akan dilakukan dalam waktu yang panjang, dan bisa bertahun-tahun, untuk menentukan apakah orang ini bisa dijadikan partner kerja top management.

3. Mentalitas anak-anak

"Karena saya tidak dihargai oleh perusahaan, yaaa saya kerja sesuai dengan apa yang saya terima. Saya dibayar nya segini, ya kasih tenaga saya juga sesuai dengan gajinya..."

Sehingga ada karyawan yang memiliki prinsip kerja seperti ini," Sebenarnya saya mampu mengerjakan tugas ini dalam waktu 3 jam, tapi saya sengaja kerjakan dalam 2 hari. Buat apa saya kerja cepat-cepat, toh usaha saya tidak dihargai..."

Cara berpikir seperti ini persis seperti cara berpikir anak kecil,"Kalau Mama tidak belikan mainan...saya tidak mau tidur siang.....". Jadi saya baru mau taat dan tidur siang kalau tuntutan saya dikabulkan ( yaitu beli mainan ).

Banyak orang tidak menyadari bahwa kalau kita bekerja, kita sedang menjual ketrampilan kita. Harga kita tergantung seberapa besar kualitas ketrampilan yang dijual. Orang yang memiliki prinsip keliru ini, tidak pernah akan mau belajar terus menerus untuk meningkatkan kualitas ketrampilannya. Ia merasa rugi untuk bekerja keras, bekerja lebih produktif, bekerja dengan menunjukan prestasi. Karena fokusnya adalah upah yang ia terima. Orang seperti ini ingin menuai tetapi tidak mau menanam. Mau mendapatkan tetapi tidak mau memberi. Mau berhasil, tetapi tidak mau menjalankan prosesnya. Padahal segala aspek dalam kehidupan ini berlaku, APA YANG ANDA TABUR, ITU YANG ANDA TUAI.

www.freddway.com

careers, Jobs Indonesia, Indonesia Vacancy


Bookmark and Share



Tidak ada komentar:

Posting Komentar